LHOKSEUMAWE, BAKSYA.COM- Tradisi peusijuk kereta baru kembali menjadi sorotan di Aceh, menandai awal perjalanan baru pemilik kendaraan dengan berkah dan kebahagiaan. Acara yang dilangsungkan dengan khidmat ini merupakan bagian tak terpisahkan dari budaya lokal yang diwariskan secara turun temurun di kalangan masyarakat Aceh.
Pada hari Sabtu kemarin, di Lhokseumawe, Kab.Aceh Utara, sebuah prosesi tradisional digelar untuk merayakan pembelian kendaraan baru oleh salah satu warga setempat. Para tetua adat dan tokoh masyarakat berkumpul untuk memimpin upacara ini, yang dimulai dengan doa bersama untuk memohon perlindungan dan keselamatan bagi pemilik baru serta kendaraannya.
Langkah berikutnya adalah peusijuk, di mana air suci (air bunga) yang dianggap sakral dalam kepercayaan lokal dituangkan ke atas kendaraan. Ini dilakukan dengan harapan agar kendaraan tersebut dilindungi dari segala bahaya dan mendapat berkah dalam perjalanan sehari-hari.
"Tridisi peusijuk kereta baru adalah cara kami menghormati setiap langkah baru dalam kehidupan, termasuk memulai perjalanan dengan kendaraan baru," ungkap Iqbal, ungkap Masyarakat setempat yang ikut serta dalam prosesi tersebut. "Ini bukan sekadar ritual, tetapi juga sebagai ungkapan syukur atas rezeki yang diberikan serta upaya untuk melindungi yang baru dimiliki."
Acara ini juga disemarakkan dengan nyanyian syair-syair keagamaan dan doa-doa yang dipimpin oleh ulama setempat, menciptakan suasana yang penuh kekhidmatan dan spiritualitas. Para tetangga dan keluarga pemilik kendaraan turut hadir untuk memberikan doa restu dan ucapan selamat.
Tradisi peusijuk kereta baru merupakan bukti nyata bagaimana nilai-nilai keagamaan dan budaya dapat bersatu dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Aceh. Dengan menjaga dan merayakan tradisi ini, mereka tidak hanya menghormati warisan leluhur, tetapi juga mempererat kebersamaan dalam komunitas yang beragam dan toleran.
Sebagai bagian dari identitas budaya yang kaya, tradisi peusijuk kereta baru terus hidup dan dijunjung tinggi oleh generasi muda Aceh, menunjukkan bahwa nilai-nilai tradisional tetap relevan dan berarti dalam menghadapi zaman modern yang terus berkembang.