Pernikahan adat Jawa biasanya dilaksanakan pada hari-hari yang dianggap baik berdasarkan perhitungan kalender Jawa. Prosesi pernikahan ini bisa berlangsung selama beberapa hari, dimulai dari tahap persiapan hingga puncak acara pernikahan.
Upacara pernikahan adat Jawa umumnya diadakan di rumah mempelai wanita. Namun, beberapa upacara juga dilaksanakan di tempat-tempat khusus seperti pendopo atau balai desa, yang dipilih karena kesakralannya dan kesiapan untuk menggelar serangkaian ritual adat.
Dalam upacara pernikahan adat Jawa, ada 5 tahapan yang akan di lakukan seperti janggolan, tantingan, Nebus kembar mayang, pembacaan dan penyebaran catur wedha, wilujeng majemukan.
Salah satu hal yang unik di pernikahan adat Jawa adalah Nebus kembar mayang. Nebus Kembar Mayang adalah salah satu tradisi khas dalam pernikahan adat Jawa yang melibatkan pasangan pengantin. Dalam tradisi ini, kedua pengantin diminta untuk bersama-sama membersihkan dan merawat sebuah tanaman hias yang disebut "Kembar Mayang". Tanaman ini merupakan simbol kehidupan baru yang akan dijalani oleh pasangan setelah pernikahan.
Proses nebus Kembar Mayang dilakukan dengan penuh kesungguhan dan kehati-hatian. Pasangan pengantin akan merawat tanaman tersebut dengan menyiraminya, membersihkannya, dan memberikan pupuk, sebagai simbol komitmen untuk saling merawat dan mendukung satu sama lain dalam kehidupan pernikahan yang baru.
Tradisi nebus Kembar Mayang juga melambangkan harapan dan doa untuk kebahagiaan dan kelimpahan dalam kehidupan rumah tangga yang akan dijalani oleh pasangan tersebut. Selain itu, nebus Kembar Mayang juga dianggap sebagai awal dari perjalanan bersama menuju kehidupan yang harmonis dan berkat.
Melalui tradisi nebus Kembar Mayang, pasangan pengantin dipersiapkan untuk menghadapi segala tantangan dan rintangan dalam kehidupan pernikahan dengan kesabaran, kebijaksanaan, dan kerja sama. Tradisi ini tidak hanya menguatkan ikatan antara kedua pasangan, tetapi juga antara kedua keluarga yang akan menjadi satu melalui pernikahan tersebut.